Kamis, 31 Desember 2009

Kunci Kecerdasan Emosi

Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (1)

Pendahuluan

Kecerdasan merupakan ciri keunggullan manusia dalam memahami, memutuskan dan mengantisipasi. Kecerdaasan seseorang sering tidak dapat difahami seketika oleh orang kebanyakan, tetapi kemudian menjadi kajian yang tak habis-habisnya setelah menjadi sejarah. Dalam perspektip ini jarak antara orang cerdas dengan orang gila sebenarnya sangat tipis, sehingga gagasan-gagasan orang cerdas sering dianggap gagasan gila. Kecerdasan seseorang memungkinkannya memiliki jarak pandang yang jauh, dua, tiga atau lebih dimensi, sementara orang kebanyakan hanya mampu melihat satu atau maksimal dua dimensi.

Pada umumnya kecerdasan dihubungkan dengan akal (intelektuil), tetapi kecerdasan intelektual ternyata belum menjamin ketepataan keputusan,sehingga dewasa ini orang sudah mulai membicarakan tentang kecerdasan yang lain, yaitu kecerdasan emosionil dan kecerdasaan spirituil.

Kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam kemampuan berfikir. Menurut Asfihani, fikiran adalah potensi yang dapat mengantar pengetahuan sampai kepada obyek (quwwatun mudrikatun li al `ilmi ila al ma`lum), sedangkan berfikir artinya menggunakan potensi itu sesuai dengan kapasitas intelektualnya.

Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah (problem solving), (b) mengambil keputusan (decision making) dan © melahirkan sesuatu yang baru (kreatifitas). Karena kecerdasan merupakan keunggulan maka hal itu dapat diukur kualitasnya, antara lain melaui metode yang digunakan (deduksi,induksi), atau dilihat seberapa tingkat kreatifitasnya (metode berfikir kreatip). Metode berfikir kreatip sering tidak bisa difahami orang lain, dan prosesnya melalui tahapan-tahapan, dari (a) orientasi, (b) Preparasi, © Inkubasi, (d) Iluminasi dan (e) Verifikasi.

Orang yang bisa berfikir kreatip biasanya mempunyai ciri-ciri : (1) meemiliki kecerdasan diatas rata-rata, (2) memiliki sifat terbuka dan (3) memiliki sifat bebas, otonom dan percaya diri.

Jika kecerdasan intelektuil diwujudkan dalam berfikir, maka kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.

Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah disamping yang penyabar. dan sebagainya. Jika kecerdasan intelektual bisa diasah, demikian juga kecerdasan emosi dapat dirangsang.

Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan, menakutkan, menjengkelkan, memilukan dsb). Kemampuan pengendalian emosi itulah yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.

Adapun kecerdasan spirituil merupakan kualitas kehidupan ruhaniah seseorang dimana seseorang dimungkinkan berkomunikasi secara rohaniah, baik secara horizontal maupun vertikal. Memahami kecerdasan spirituil akan mudah jika menggunakan paradigma tasauf.


Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi (2)

Pengertian sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Dalam agama, sabar merupakan satu diantara stasiun-stasiun (maqamat) agama, dan satu anak tangga dari tangga seorang salik dalam mendekatkan diri kepada Allah. Struktur maqamat agama terdiri dari (1) Pengetahuan (ma`arif) yang dapat dimisalkan sebagai pohon, (2) sikap (ahwal) yang dapat dimisalkan sebagai cabangnya, dan (3) perbuatan (amal) yang dapat dimisalkan sebagai buahnya. Seseorang bisa bersabar jika dalam dirinya sudah terstruktur maqamat itu. Sabar bisa bersifat fisik, bisa juga bersifat psikis.
Karena sabar bermakna kemampuan mengendalikan emosi, maka nama sabar berbeda-beda tergantung obyeknya.

1. Ketabahan menghadaapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah gelisah (jaza`) dan keluh kesah (hala`)
2. Kesabaran menghadapi godaan hidup nikmat disebut, mampu menahan diiri (dlobth an Nafs), kebalikannya adalah tidak tahanan (bathar).
3. Kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut pengecut
4. Kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya disebut pemarah (tazammur)
5. Sabar dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada, kebalikannya disebut sempit dadanya.
6. Sabar dalam mendengar gossip disebut mampu menyembunyyikan rahasia (katum).
7. Sabar terhadap kemewahan disebut zuhud, kebalikannya disebut serakah, loba (al hirsh).
8. Sabar dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana`ah), kebalikannya disebut tamak, rakus (syarahun)